Saya akan menceritakan kisah seorang ibu dalam menjalani kesehariannya. Beliau merupakan sosok ibu yang mungkin sudah berumur 50 tahun keatas. Jika melihat beliau, saya teringat nenek saya. Jadi dipandangan saya, beliau merupakan wanita yang sudah lanjut usia tapi tetap kuat menjalani hidup.
Saya sering bertemu beliau di kantin tepatnya di saung. Sedang apakah beliau? Beliau sedang menjaga 2 anak kecil yang merupakan anak dari majikan tempat ia bekerja, lebih tepatnya majikan beliau tersebut adalah salah satu pemilik kios di kantin.
Setiap saya balik ke kosan, saya pasti melewati saung dan selalu bertemu dengan beliau, tidak lupa dengan 2 anak asuhannya. Secara halus, beliau merupakan seorang baby siter yang bersedia menjaga 2 anak kecil berumur 3 dan 1 tahun yang rewelnya minta ampun. Tidak sengaja saat itu, saya duduk bersama beliau bermain main dengan 2 bocah tersebut dan ibu secara tiba tiba menceritakan pengalaman hidupnya walaupun tidak semuanya tapi setidaknya dari cerita tersebut saya agak belajar dan merenungkan bagaimana kehidupan saya dibandingkan dengan kehidupan beliau.
Beliau bercerita bahwa beliau memiliki seorang anak, masih berumur 3 tahun. Dan jika beliau berangkat kerja, anaknya ditinggal dirumah. Yang menjadi pertanyaan, siapa yang menjaga dan merawat anak beliau? Ternyata yang menjaga dan merawat anak beliau adalah neneknya sendiri alias orang tua dari beliau yang setiap hari kerjanya di sawah. Jadi anak 3 tahun tsb, setiap hari di bawa ke sawah karena tidak ada yang menjaga anak tersebut jika tinggal di rumah. Saya bertanya, ‘kenapa anak ibu gak dibawa aj kerja?’ Beliau menjawab, ‘gak mungkin neng, ntar malah merepotkan’.
Saya langsung berpikir dan berkata dalam hati, kenapa ibu ini bela belain menjaga anak orang sedangkan anaknya sendiri ditinggalin di rumah dan malah dijaga oleh neneknya ke sawah. Dan itu semua terjawab ketika ibu mengatakan, ‘ya mau di apa lagi neng, ibu ninggalin anak sebenarnya bukan karena kemauan ibu, tapi karena ibu mau menghasilkan uang untuk beliin susu buat anak ibu. Untuk hidup kami juga’. Saya langsung teringat dengan diri saya sendiri, tiba tiba teringat dengan perjuangan orang tua saya sampai bisa menjadikan saya seperti sekarang ini. Saya tidak pernah memikirkan hal tersebut, tapi setelah mendengar cerita dari beliau, saya langsung teringat tentang diri saya sendiri dan bagaimana cara saya menyikapi dan bagaimana bisa menghargai kerja keras orang tua saya sampai bisa membuat saya ada sebagaimana saya ada sampai saat ini.
Beliau juga bercerita, dulunya beliau adalah seorang tukang cuci dari tahun 94 di beberapa anak yang kuliah di IT Telkom. Tapi sekarang sudah tidak lagi dikarenakan banyaknya saingan, dan mungkin beliau juga berpikir karena faktor ketuaan yang mungkin beliau sudah tidak kuat. Beliau adalah sosok yang sangat ramah dan sabar. Saya terinspirasi dari kisah hidup beliau, dimana beliau tabah dalam menjalani kehidupannya yang agak kekurangan dan tidak pernah mengeluh. Beliau mau meninggalkan seorang anak seharian dan menjaga anak orang lain demi menari sesuap nasi dan menghidupi keluarganya. Sedangkan saya, saya hanya terus mengeluh dan jarang bersyukur. Jarang bersyukur dengan keadaan yang Tuhan sudah berikan dengan kecukupan seperti ini. Saya benar benar sadar ketika mendengar dan melihat kehidupan beliau.
Dan saya baru menyadari bahwa Tuhan memang menciptakan kita dengan fisik dan materi yang berbeda namun semuanya itu ada tujuannya yaitu kita dituntut untuk bisa belajar mensyukuri hidup dengan kekurangan kita masing masing. Mungkin kita merasa bahwa kita adalah orang yg kurang dibanding dengan yang lain tapi ketahuilah bahwa diantara kita masih ada yang lebih kekurangan. Dari sosok beliau, saya jadi teringat orang tua saya yang mungkin jerih payahnya untuk membesarkan saya, tidak jauh beda dengan ibu tersebut meskipun mungkin dengan cara yang berbeda. Mama Papa yg selalu setia dan selalu mencukupkan kebutuhan saya, yang selalu ada waktu untuk saya, yang slalu setia memberikn yang terbaik untuk anak anaknya, dan yang mau bersusah payah bekerja hanya untuk menyekolahkan anaknya. Sedangkan saya sebagai anaknya hanya terus menuntut dan menuntut, tetapi tidak pernah mau mengingat dan menghargai kasih sayang yang mereka sudah berikan dan limpahkan kepada saya. Saya sangat bangga memiliki mereka. Untuk itu, mulai dari sekarang saya akan sadar dan lebih untuk mensyukuri hidup. Karena hidup adalah sebuah anugerah yang Tuhan sudah berikan. Kita maanusia hanya diberi tugas untuk menjalani hidup dengan sebaik baiknya, menjadi orang yang bisa membahagiakan orang yang ada di sekeliling kita.